Minggu, 30 Januari 2011

“Bagai mana ada reaksi kalau tidak ada Aksi”

Ingin rasanya merebahkan diri ini dengan segala rasa penat yang selalu membayangi. Namun susah rasanya ketika jiwa sudah sedikit mengetahui tentang sedikit hal yang selalu menjadi bahan perbincangan sehari-hari.

Jalan yang tepat ketika kita sudah memiliki akan hal itu hanya satu yang harus kita kerjakan yaitu melakukan sebuah perubahan. Akan tetapi tak dipungkiri setiap orang mempunyai pemikiran akan “ Hal apa yang kita lakukan untuk perubahan tersebut”. Diskusi memang bukan hal yang selalu dilakukan oleh setiap orang, akan tetapi diskusi adalah salah satu cara kita untuk merubah hal apapun yang akan kita rubah selain kita awali dari merubah diri kita sendiri ke arah yang lebih baik.

Diskusi adalah proses kita merumuskan segala sesuatu. Kalau kita berangkat lebih jauh memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di negara kita sangat menyedihkan dan patutnya kita kaum cendekia membenahi keadaan itu.

Akan tetapi berbagai pertanyaan yang selalu hadir. Apa yang harus kita lakukan?

Berdiskusi jawabanya. Karna berdiskusi k itu akan membawa sebuah penyadaran. Sebuah penyadaran yang itu menjadi bibit adanya sebuah perubahan yang lebih baik mengenai bumi yang kita piak ini. Ada sebuah penyadaran saat kita melakukan diskusi.

Bagai mana ada reaksi kalau tidak ada Aksi” kata itu harusnya menjadi suatu acuan bagi para aktivis jaman sekarang. Karena, hal apapun tidak akan rubah kalau tidak ada suatu gerakan.

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Universitas Subang mengajak kepada seluruh mahasiswa se-Indonesia umumnyua dan mahasiswa Universitas Subang khususnya untuk membudayakan diskusi.

Jumat, 21 Januari 2011

Pemekaran Bukanlah Perpisahan

Disela-sela malam jum’at sekitar pukul 19.00WIB kami adakan diskusi tentang pemekarang dengan salah satu pembicara Boing, beliau adalah sekertaris pemekarang pantura. Memang biasanya kami mengadakan ngaji yasin akan ntetapi kami menunda ngaji yasin agak malaman.

Dengan keadaan yang sangat lelah yang kemudian mejurus kepada beratnya mata saya. Saya berusaha mengikuti kajian dengan kondisi yang tidak kuat, sehingga….

Kita harus membedakan kata “pemekaran” dan kata “perpisahan. Pemekaran adalah pemekaran dalam artian sutu jalan yang harus ditempuh agar suatu daerah maju dan terorganisir . Jangan sampai benak yang ada dikita mengenai hal pemekaran akan menjadi awal perpisahan antara subang selatan dan utara persepsi itu sangat salah. Karna justru yang diharapkan pemekaran adalah pembenahan daerah yang merasa termajinalkan. Dan secara mayoritas masyarakat pantura merasakan hal itu.

Dengan kurangnya infrasetruktur yang kurang diperhatikan oleh pemerintah itu menjadi salah satu hal termarjinalkannya masyarakat pantura (pantai Utara).

Seakan-akan aku tak kuat lagi mendengar pemateri berbicara maka saya memutuskan untuk mengistirahatkan mata ini.

Namun secara intinya bahwa pemekaran bukanlah suatu perpisahan.

Rabu, 19 Januari 2011

Cinta Dan Tong Sampah

Mungkin kata cinta sudah melakat di kalangan remaja masa kini. Akan tetapi kata cinta kadang sering diartikan salah oleh kalangan remaja, cinta erapkali bagaikan tong sampah yang itu tempat orang membuang sampah. Dalah hal ber-Cinta para remaja masa sekarangpun menganggap kalau pasanganya adalah tong sampah tempat membuang napsu yang melekat kepaqda pasanganya.

Sangat ironis ketika kita melihat hal yang seperti itu, apa yang harus kita lakukan kalau seumpamanya kalangan remaja mengartikan kata cinta seperti itu?

Memang tidak dipungkiri saat kita mulai menginjak yang namanya remaja hasrat ingin mengetahui hal apapun akan datang mengihinggapi kita karna itu hal yang wajar. Akan tetapi apakah hal yang baru itu selalu behubungan demngan hal yang negatif?

Saya kira hal yang seperti itu bukanlah suatu pengetahuan yang harus disimpan oleh kita melaikan harus di buang jauh-jauh.

Ternyata memang benar bisa kita artikan Cinta sama dengan yang namanya tong sampah…!!!

Yang merasa jangan marah..hehe

Layaknya tong sampah yang kebanyakan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dan cintapun akan mengeluarkan bau yang akan merusak kita ataupun sebaliknya malah mengeluarkan harum yang disukai setiap orang.

Dalam hal ini saya membagi cinta kedalam empat bagian :

1. Cinta Materi, cinta ini akan selalu memandang dengan yang namanya materi. Materi disini dalam artian kecantikan/ketampanan yang dimiliki oleh pasanganya. Ketika hal tersubut hilang maka akan hilang pula rasa cintanya.

2. Cinta Perasaan, cinta yang seperti ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang selalu menggunakan perasaanya. Sehingga ketika perasaan yang dia miliki terhadap pasanganyan maka Cinta yang dia rasakan akan hilang dan berubah ke yang lain.

3. Cinta Ilmu, kecenderungan orang yang berada pada cinta tingkatan ini didasari pada kekaguman orang yang mempunyai ilmu. Akan tetapi ketika ilmunya sudah melebihi orang yang dia cinta maka cintanya akan berpaling kepada orang yang lebih tinggi lagi ilmunya.

4. Cinta Keagunganya, cinta ini adalah cintanya makhluk kepada sang kholik. Sehingga cintanya akan selalu abadi.

Dan cinta diibaratkan tong sampah hanya ada pada tingkatan cinta urutan satu sampai tiga.

Cinta Dan Tong Sampah

Mungkin kata cinta sudah melakat di kalangan remaja masa kini. Akan tetapi kata cinta kadang sering diartikan salah oleh kalangan remaja, cinta erapkali bagaikan tong sampah yang itu tempat orang membuang sampah. Dalah hal ber-Cinta para remaja masa sekarangpun menganggap kalau pasanganya adalah tong sampah tempat membuang napsu yang melekat kepaqda pasanganya.

Sangat ironis ketika kita melihat hal yang seperti itu, apa yang harus kita lakukan kalau seumpamanya kalangan remaja mengartikan kata cinta seperti itu?

Memang tidak dipungkiri saat kita mulai menginjak yang namanya remaja hasrat ingin mengetahui hal apapun akan datang mengihinggapi kita karna itu hal yang wajar. Akan tetapi apakah hal yang baru itu selalu behubungan demngan hal yang negatif?

Saya kira hal yang seperti itu bukanlah suatu pengetahuan yang harus disimpan oleh kita melaikan harus di buang jauh-jauh.

Ternyata memang benar bisa kita artikan Cinta sama dengan yang namanya tong sampah…!!!

Yang merasa jangan marah..hehe

Layaknya tong sampah yang kebanyakan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dan cintapun akan mengeluarkan bau yang akan merusak kita ataupun sebaliknya malah mengeluarkan harum yang disukai setiap orang.

Dalam hal ini saya membagi cinta kedalam empat bagian :

1. Cinta Materi, cinta ini akan selalu memandang dengan yang namanya materi. Materi disini dalam artian kecantikan/ketampanan yang dimiliki oleh pasanganya. Ketika hal tersubut hilang maka akan hilang pula rasa cintanya.

2. Cinta Perasaan, cinta yang seperti ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang selalu menggunakan perasaanya. Sehingga ketika perasaan yang dia miliki terhadap pasanganyan maka Cinta yang dia rasakan akan hilang dan berubah ke yang lain.

3. Cinta Ilmu, kecenderungan orang yang berada pada cinta tingkatan ini didasari pada kekaguman orang yang mempunyai ilmu. Akan tetapi ketika ilmunya sudah melebihi orang yang dia cinta maka cintanya akan berpaling kepada orang yang lebih tinggi lagi ilmunya.

4. Cinta Keagunganya, cinta ini adalah cintanya makhluk kepada sang kholik. Sehingga cintanya akan selalu abadi.

Dan cinta diibaratkan tong sampah hanya ada pada tingkatan cinta urutan satu sampai tiga.

Sabtu, 15 Januari 2011

Kenangan dengan para Aktifis

Adanya suatu himpunan yang telah memberikan pengetahuan kepada saya mengenai permasalahan yang ada, mengunga saya ingin menggali lebih jauh tentang dunia luar, khususnya didunia aktivis. Kejadian MALARI (mala petaka lima belas januari) adalah sebuah sejarah yang patutnya kita peringati terkait pada saat itu banyak para aktifis yang menjadi korban.

Diskusi di Café-ka membuat saya tergugah untuk melakukan sebuah gerakan pembangunan keranah yang lebih baik khususnya di subang. Banyak aktifis yang datang pada saat itu untuk saling berbagi pengetahuan. Kejadian MALARI 1974 sampai terjadinya Reformasi 1998 itu adalah momentum yang tidak kita bisa lupakan selaku mahasiswa yang meng-klaim sebagai sosial control. Ada satu asfek yang saya soroti dari jenjang waktu antara MALARI dan Reformasi yang dalam proses itu ternyata kita harus menumbuhkan komunikasi yang inten agar tercapai sebuah gerakan perubahan. Kurang lebih 20 tahun antara kejadian MALARI ke Roformasi.

Akan tetapi ternyata saya lebih sepakat dengan perkataan “ bagaimana akan ada reksi, kalau kita tidak melakukan aksi”. Walaupun saya menyadari belum adanya ke sinergisan antara mahasiswa yang melakukan aksi dengan tubuh pemerintah yang akan kita kritisi terkait kebijakan yang dibuat mereka. Akan tetapi aksi-aksi kecil sedikit banyaknya akan menimbulkan reaksi. Karna adanya suatu perubahan itu lahir dari “Cretif Minorty”. Dan itu akan menggerakan kaum mayoritas.

Memang benar adanya diskusi itu akan menambah kita mengetahi akan permasalahan yang ada. Maka dari itu saya selalu menginginkan adanya diskusi setiapa ada waktu luang. Dan pertemuan kami di Café-ka itutidah hanya sekali, mungkin kedepanya café-ka di jadikan diskusi setiap mahasiswa taupun non mahasiswa yang menginginkan perubahan peradaban yang lebih baik.

“ Mari kita bangun komunikasi agar kita bisa membangun perubahan yang lebih baik”

 
© Copyright 2035 suryadiujang